Minggu, 04 Januari 2015

Meraih Khusyuk Dalam Ibadah

Setiapkali dikarenakan oleh kebodohan kita sendiri, kita biasanya memaknai sebuah ritual ibadah itu secara sempit atau hanya sebatas pada amalan yang bersifat lahiriyah misalnya shalat, puasa, zakat, haji atau infaq sodaqoh . Sebenarnya sangat sedikit pengetahuan yang kita miliki tentang adanya ibadah lain yang menyangkut hati misalnya, yang juga dicintai sekali oleh Allah SWT. Seseorang bisa saja terpuruk jatuh ke dalam perbuatan yang bernama syirik karena dia seringkali tidak waspada atau lalai ketika mengawasi keadaan hatinya, sebenarnya hati dia lebih condong kemana? Oleh sebab itu, dengan artikel kali ini diharapkan mampu menjelaskan tentang ibadah yang berkaitan dengan hati tersebut, yaitu tentang suatu cara bagaimana hati kita bisa khusyuk ketika beribadah kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT.

 

Allah Memuji Orang-Orang Yang Khusyuk


Firman Allah SWT:
  إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
”Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan serta berdoa kepada kami dengan penuh harap dan rasa takut. Sedangkan mereka selalu khusyuk hanya kepada kami(QS. Al-Anbiya’ : 90).
Di dalam potongan ayat ini, Allah memuji setiap hamba-Nya yang terpilih dari kalangan para Nabi dan Rasul yang telah Allah sebutkan di dalam surat Al-Anbiya’ tersebut. Karena mereka senantiasa berdoa kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan diliputi juga dengan perasaan berharap, rasa takut, dan khusyuk. Perasaan berharap disini adalah rasa dengan sangat mengharap bisa mendapatkan pahala atau ridho dari Allah SWT. Sedangkan mengenai rasa takut disini yaitu rasa takut terhadap hukuman atau siksa dari Allah SWT. Adapun tentang khusyuk adalah rasa tunduk patuh dengan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Agung, sehingga dengan begitu seseorang bisa pasrah terhadap semua takdir-Nya dan terhadap semua ketentuan-Nya.
Seorang Nabi dan Rasul yang mendapatkan pujian dari Allah karena kekhusyuk-an kepada-Nya menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah sangat mencintai perbuatan orang yang khusyuk tersebut. Dan setiap perbuatan yang membuat Allah cinta, termasuk ke dalam suatu ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana pengertian ibadah yang telah disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, yaitu ”Ibadah merupakan sebuah istilah yang mencakup kepada seluruh ucapan dan perbuatan yang dicintai oleh Allah, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Contohnya rasa takut, tawakkal, shalat, zakat, puasa, dan syariat Islam yang lainnya”. Oleh sebab itu, jika khusyuk ini malah ditujukan kepada selain Allah, maka itu termasuk ke dalam perbuatan syirik.

 

Khusyuk Hati, Suara, dan Pandangan

Khusyuk yang berkaitan dengan hati, suara, dan pandangan. Seseorang yang bisa dengan khusyuk di hadapan Allah SWT, berarti mampu merendahkan suaranya, menundukkan pandangannya, dan tentu hatinya tunduk dan patuh kepada semua ketentuan atau aturan Allah. Allah SWT berfirman:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ
Apakah belum datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk hati mereka khusyuk (tunduk) mengingat Allah, dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)”
(QS. Al-Hadid : 16).

Allah SWT berfirman:
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
”Dalam keadaan mereka (orang-orang kafir) menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka” (QS. Al-Ma’aarij : 44).

Allah SWT juga berfirman:
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
”Pada hari itu (hari kiamat) manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. Dan merendahlah (khusyu’) semua suara kepada Dzat Yang Maha Pemurah. Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja” (QS. Thaha : 108).

 

Khusyuk Kaum Musyrikin

Sejenak mari kita menyempatkan diri untuk melihat keadaan orang-orang yang musyrik karena sesembahan mereka. Seperti keadaan para penyembah kuburan wali, orang shalih, atau seorang raja ternama yang sering kita lihat atau jumpai dan menjadi satu komplek dengan masjid. Kita akan mendapati mereka berada dalam rasa khusyukan yang (mungkin) sebenarnya tidak mereka tunjukkan ketika berada di masjid Allah yang sama sekali tidak ada kuburannya. Ketika berada di kuburan sesembahannya, mereka sepertinya benar-benar merasa berharap, takut dan cemas, serta khusyuk, dan bisa saja sampai tubuhnya tenang atau diam tidak bergerak sama sekali. Bernafas pun harus dengan tenang dan tidak menimbulkan suara. Inilah kenyataan rasa tunduk dan pengagungan hati mereka yang ditujukan kepada sesembahannya yang jelas-jelas batil itu. Semuanya itu tentu sangat tidak pantas ditujukan kepada siapa pun kecuali hanya kepada Allah SWT semata.
Padahal seseorang yang akan mendapatkan pujian dari Allah dan termasuk ke dalam salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah yaitu seseorang yang mampu khusyuk ketika menghadap beribadah hanya kepada Allah SWT semata, misalnya ketika berhadapan dengan Allah di dalam shalatnya. Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya(QS. Al-Mu’minuun: 1-2).
Khusyuk inilah yang sesungguhnya merupakan ruh atau tujuan dari shalat itu sendiri. Adapun shalat yang tidak dibarengi dengan rasa khusyuk atau tidak bisa menghadirkan hatinya, meskipun tetap akan mendapatkan pahala, namun pahala shalatnya tentu akan berkurang sesuai dengan kurangnya rasa khusyuk ketika shalatnya. Akhir kata, semoga Allah senantiasa menjadikan kita termasuk ke dalam hamba-hamba-Nya yang mampu melakukan ibadah dengan khusyuk. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar